Senin, 08 Maret 2010
Lintas Sejarah Korea
Sejarahwan Korea melukiskan bahwa Dan Gun adalah leluhur bangsa korea. Beliau turun dari kahyangan untuk memimpin suku-suku primitif di sekitar semenanjung Korea dan mendirikan Negara Korea Kuno di sekitar kaki gunung Baek-Du pada tahun 2333 SM.Oleh karena itu masyarakat Korea menganggap gunung Baek-du yang terletak di ujung utara Korea itu sebagai gunung suci dan tempat asal-usul mereka. Agama Dae-Jong yang kini terdapat di masyarakat Korea pun masih mendewakan Dan Gun. Di zaman penjajahan Jepang para pemimpin Dae-Jong pernah memimpin gerakan nasionalisme dalam perjuangan kemerdekaannya. Para ahli purbakala menerangkan bahwa suku-suku dari rumpun Ural-Altai yang melakukan perpindahan pada Zaman Batu Baru pernah bermukim di seluruh kawasan Semenanjung Korea dan sebagian Mancuria pada abad ke-10 SM.
Korea telah mengenal kerajinan logam yang berasal dari China sejak abad ke-5 SM. Dokumen-dokumen sejarah telah melukiskan jatuh bangunnya tiga kerajaan yang disebut oleh bangsa korea sebagai masa Tiga Kerajaan. Tiga kerajaan itu adalah Kokuryo, Baek-je, dan Silla. Kerajaan Kokuryo yang didirikan di Mancuria bagian selatan dan Korea bagian utara melangsungkan masa kerajaannya antara tahun 37 SM-660 M. Sementara itu kerajaan Baek-je yang berasal dari sekitar sungai Han melangsungkan masa kerajaannya antara tahun 18 SM-660 M,dan kerajaan Silla didirikan tahun 57S M di sepanjang sungai Nak-dong yang terletak di bagian selatan Semenanjung Korea melangsungkan masa kerajaannya sampai 936 M.
Diantara ketiga kerajaan itu secara geografis, Kerajaan Kokuryo sering mengadakan kontak dengan China dan memperoleh pengaruh besar dalam berbagai bidang termasuk kebudayaan agama Buddha. Kerajaan Baek-je yang berlokasi di tengah Semenanjung Korea juga telah menghubungkan kebudayaan dan siviliasi antara China dengan Jepang lewat Kerajaan Baek-je, sedangkan Kerajaan Silla merupakan kerajaan yang paling lambat dalam mencapai kemajuan di bidang politik, sosial, dan seni budaya lainnya. Ketiga kerajaan itu telah berhasil menggabungkan pengaruh China dengan kebudayaan mereka.
Walaupun segenap penduduk dari ketiga kerajaan satu rumpun atau homogen, namun para pemimpin kerajaan masing-masing amat saling bermusuhan satu sama lain dan keadaan ini berlangsung sampai beberapa adat lamanya. Sekitar akhir abad ke-7 Kerajaan Silla bersekutu dengan Kerajaan Baekje untuk menentang Kerajaan Kokuryo, kemudian pada tahun 660 Kerajaan Silla berhasil menggulingkan Kerajaan Baek-je. Pada tahun 668 Kerajaan Silla mempersatukan seluruh Semenanjung Korea menjadi satu kesatuan dan menyebut kerajaannya sebagai Kerajaan Silla Bersatu. Wilayah teritorial Kerajaan Silla Bersatu meluas sampaike garis yang menghubungkan Pyongyang dan Won-san, walaupun ibu kotanya tetap di tempat lama, yaitu Kyong-ju. Untuk pertama kali dalam sejarahnya, Silla Bersatu bebas dari ancaman pihak luar sehingga negeri ini dapat memusatkan perhatiannya pada kemajuan di dalam negeri, terutama dalam bidang kebudayaan. Agama buddha menjadi agama resmi dan pesat berkembang seni budaya dalam agama Buddha secara nasional. Ibu kota kuno Kyong-ju sampai sekarang dianggap oleh seluruh rakyat Korea sebagai sebuah kota kerajaan kuno dalam sejarah korea.
Pada tahun 918 Wang Gon, seorang pemimpin pasukan Kerajaan Silla bersatu, melakukan pemberontakan dan mendirikan sebuah kerajaan baru yang diberi nama Koryo. Dari masa awal kerajaan Koryo, negara itu terus menghadapi ancaman dari suku-suku yang bermukim di sebelah utara Semenanjung Korea, seperti tartar dan Mongolia. Dalam usaha memelihara kerukunan kerajaan, Wang Gon , yang disebut Raja Tae-jo, mengangkat bekas pejabat-pejabat dari Kerajaan Silla Bersatu untuk menduduki posisi-posisi penting dalam kerajaannya. Kerajaan Koryo pada akhirnya berhasil memperluas perbatasannya di utara sampai sejauh sungai Amnok di pantai barat dan sebagian besar daerah belahan utara ujung Semenanjung Korea.
Pada tahun 1392, Lee Sung-kye seorang pemimpin pasukan Kerajaan Koryo mengembalikan pasukkannya dari perjalanan menuju ke China menggulingkan kerajaannya sendiri, kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama Kerajaan Lee. Dua tahun setelah kerajaan, Raja Tae-jong, Lee Sung-kye, memindahakan ibu kota Han-yang, yaitu nama ibu kota Seoul kuno (sehingga pada tahun 1994 merupakan ulang tahun ibu kota Seoul ke-600), dan menggantikan agama Buddha dengan agama Kong Hu Cu atau konfusius sebagai ideologi pendirian kerajaan. Pada masa kerajaan Lee, kebijaksanaan itu secara patuh diikuti oleh para raja penggantinya. Sebuah prestasi terbesar yang dihasilkan pada awal Kerajaan Lee, telah menciptakan 28 buah huruf Han Gul pada tahun 144. Huruf atau abjad Han Gul itu merupakan salah satu sistem penulisan yang dianggap paling tepat dan bersifat ilmiah. Sementara itu, Raja Se-jong juga memprakarsai perkembangan dalam bidang ilmiah, filsafat, musik tradisional dan teknologi. Pada saat itu Ia juga menciptakan jam matahari, alat mengukur jumlah turun hujan, dan sebagainya.
Seputar Kebudayaan Korea oleh Seung-yoon YANG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar